MAKALAH
PENGGUNAAN KATA BAHASA INDONESIA
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Wahyudi B 1601
0019
Ni wayan Artini
B 1601 0009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
lah kami dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia yang berjudul “Penulisan
dan Penggunaan Kata”. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Nadir La
Djamudi, S.Pd., M.Pd Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
Penulisan dan Penggunaan Kata. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan dimasa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Tolitoli, 11 November 2016
Kelompok 5
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………………………………..
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang……………………………………………………………………
- Rumusan Masalah………………………………………………………………..
- Tujuan………………………………………………………………………………..
- Manfaat……………………………………………………………………………..
BAB II
PEMBAHASAN
- Kaidah makna……………………………………………………………………..
1.1 Kata
Denotatif dan Konotatif………………………………………………
1.2 Kata
Bersinonim dan Berhomonim……………………………………….
1.3 Kata
Kongkret dan Abstrak…………………………………………………
1.4 Kata
Umum dan Khusus……………………………………………………..
1.5 Kata
Populer dan Kajian……………………………………………………..
1.6 Kata
Baku dan Tak Baku…………………………………………………….
1.7 Kata
Mubazir……………………………………………………………………..
1.8 Kata
Mirip…………………………………………………………………………
BAB II
PENUTUP
- Kesimpulan………………………………………………………………………… .....
- Saran…………………………………………………………………………………...
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Dalam tuturan dan tulisan resmi, terutama karya
ilmiah, pilihan kata yang tepat sangat menentukan kualitas pembicaraan dan
tulisan. Kata-kata atau istilah yang dipilih dan digunakan barulah dapat secara
tepat mengungkapkan gagasan yang disampaikan dan dapat secara tepat pula
dipahami oleh pendengar atau pembaca, sehubungan dengan itu penuturan atau
penulisan, selalu harus menguasai cukup banyak kosakata yang dimiliki bahasa
tersebut, harus pula mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku dalam pemilihan
kata. Kaidah yang dimaksud meliputi kaidah makna, kaidah kalimat, kaidah
sosial, dan kaidah karang-mengarang.
Pada bab ini, penulis mengemukakan beberapa aspek penting yang berkaitan
dengan kaidah makna yang kiranya dapat menggiring pengunaan bahasa kepada
pemilihan dan penggunaan kata yang tepat.
- Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah adalah sebagai berikut:
- Apa pengertian Kaida Makna?
- Apa pengertian Kata denotatif dan konotatif?
- Apa pengertian Kata bersinonim dan berhomonim?
- Apa pengertian Kata kongkret dan abstrak?
·
apa pengertian Kata umum dan khusus?
- Apa pengertian Kata Populer dan Kajian?
- Apa pengertian Kata Baku dan Tak Baku?
- Apa pengertian Kata Mubazir?
- Apa pengertian Kata Mirip?
2. Tujuan
- Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
- Mengerti berkenaan dengan Kaida Makna
- Mengerti berkenaan dengan Kata denotatif dan konotatif
- Mengerti berkenaan dengan Kata bersinonim dan berhomonim
- Mengerti berkenaan dengan Kata kongkret dan abstrak
- Mengerti berkenaan dengan Kata umum dan khusus
- Mengerti berkenaan dengan Kata Populer dan Kajian
- Mengerti berkenaan dengan Kata Baku dan Tak Baku
- Mengerti berkenaan dengan Kata Mubazir
- Mengerti berkenaan dengan Kata Mirip
3. Manfaat
Manfaat dari penulisan
makalah ini adalah :
- Memberikan pengalaman bagi penulis untuk menerapkan dan memperluas wawasan penerapan teori pengetahuan yang telah diterima didalam perkuliahan pada kegiatan nyata.
- Dengan adanya pembuatan makalah ini, maka diharapkan mahasiswa dapat mengetahui serta mengaplikasikan pemilihan dan penggunaan kata bahasa indonesia yang baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
- Kaidah Makna
Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu pada persyaratan ketepatan dan
pemilihan kata sebagai lambang objek pengertian atau konsep-konsep yang
meliputi berbagai aspek.
1.1 Kata Denotatif dan Konotatif
Kata denotatif berhubungan dengan konsep denotasi dan kata yang konotatif
berhuubngan dengan konsep konotasi. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung
suatu kata, sedangkan nilai rasa atau gambaran tambahan yang ada disamping
denotasi disebu konotasi.
Kata yang denotatif mengandung makna yang sebenarnya, makna yang sesuai
dengan makna kata yang dalam kamus atau makna eksikal. Kata yang konotatif
mengandung makna tambahan yang sesuai dengan sikap dan nilai rasa tertentu bagi
pengguna bahasa yang bersangkutan.
Contoh:
- Tokoh itu dilayani gadis-gadis cantik.
- Tokoh itu dilayani dara-dara cantik.
- Tokoh itu dilayani perawan-perawan cantik.
Kata-kata; gadis, dara dan perawan itu secara denotatif maknanya sama,
yaitu wanita muda yang belum kawin, tetapi secara konotatif makna berbeda.
Gadis mengandung makna umum, dara mengandung makna puitis, dan dara mengandung
makna asosiatif tertentu.
Demikian pula halnya kata-kata kelompok, rombongan, gerombolan, secara
denotatif dibedakan maknanya, yaitu kelompok dan rombongan berada dalam makna
positif, sedangkan gerombolan berada dalam hubungan makna negatif.
Contoh:
- Kelompok remaja itu sedang asik bermain gitar
- Ketua rombongan turis itu dikalungi untaian bunga.
- Gerombolan pengacau itu telah ditumpas abis.
Dalam suatu pembahasan yang bersifat ilmiah sebaiknya digunakan kosa kata
denotatif. Kata atau istilah harus bebas dari konotasi, sedangkan pada karya
sastra lebih banyak digunakan kosakata konotatif sebagai upaya merakit
keindahan tulisan.
Dalam kaitannya dengan makna kata, terdapat beragam konotasi sosial yang
bisa berupa konotasi positif dan negatif, tinggi, rendah, sopan dan porno atau
yang bersifat seksual. Misalnya kata karyawan, asisten, wisma, hamil, dan
berpulang dianggap positif baik, sopan, dan modern; jika dibandingkan
dengan kata buru, pembantu, pondok, bunting, dan mati, yang
dianggap negatif, kurang baik, kasar, dan kuno.
Agar dapat menyatakan gagasan dengan tepat, seorang pembicara/penulis harus
dapat pula memilih kosakata dengan konotasi yang tepat.
1.2 Kata Bersinonim dan Berhomonim.
Setiap kata biasanya tidak hanya melambangkan secara tepat satu objek atas
satu konsep. Ada kata yang dapat melambangkan beberapa makna dan sebaliknya ada
beberapa kata yang dapat melambangkan satu makna. Beberapa kata yang
melambangkan satu makna tergolong kata yang bersinonim atau kata-kata sinonim.
Sinonim ialah kata yang maknanya sama atau mirip dengan kata lain. Persamaan
makna itu dapat berlaku tidak sepenuhnya namun dalam kadar tertentu ada
pertalian makna antara kata-kata berbeda itu. Contohnya dapat terlihat pada
penggunaan kata-kata indah, cantik dan bagus yang mengandung makna yang sama
tentang sesuatu yang sedang dipandang mata. Ketepatan kata-kata itu
dalam penggunaanya bergantung pada ketepatan pilihan atas kata masing-masing.
Misalnya, kita katakan pemandangan indah, gadis cantik dan rumah bagus.
Tentu saja akan terasa janggal atau kurang tepat jika dikatakan bahwa
pemandangan cantik, atau gadis bagus. Demikian pula pengguna kata penonton dan
pemirsa, yang keduanya mengandung makna orang yang menyaksikan suatu
tontonan. Pilihan harus dapat dibedakan, yaitu penonton digunakan ut semua
tontonan atau pertunjukan, sedangkan pemirsa hnya lazim digunakan ut tayangan
TV. Contoh:
- Tumpah-ruah penonton pertandingan sepak bola itu. (penonton tidak dapat diganti pemirsa)
- Para pemirsa, dimana saja anda sekali berada.” Ujar penyiar televisi mengawali siarannya. (pemirsa dapat diganti dengan penonton).
Selanjutnya satu kata yang mengandung beberapa makna disebut kata yang
berhomonim atau kata yang homonimi. Homonimi ialah kata dalam satu bentuk yang
sama ejaan dan lafalnya, tetapi memiliki makna yang berbeda. Misalnya: buku
dapat bermakna sendi (pada tulang, bambu, tebu). Dapat bula bermakna kertas
tulis yang dijilid (buku tulis, atau buku catatan). Begitu pula kata bisa
dapat bermakna racun atau boleh.
Contoh:
- Saya membeli beberapa buah buku tulis.
- Buku tulang-tulangku terasa nyeri.
- Bisa ular sangat berbahaya.
- Anak kecil itu belum bisa berjalan dengan baik.
Disamping homonim, ada pula yang disebut homofon, homograf. Homofon adalah
kata-kata yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya. Misalnya, kata bang
dan bank, sangsi dan sanksi.
Contoh:
- Bagaimana Bang, setujukah? Tanya istrinya. (Bang singkatan dari Abang, semakna dengan Kakak, yaitu kakak laki-laki).
- Untuk menarik nasabah, beberapa bank mengadakan undian tabungan.
(bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa dalam lalulintas pembayaran dan peredaran uang).
Homograf adalah kata-kata yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafalnya.
Misalnya, kata teras (dengan e pepet) bermakna bagian utama,
seperti pada teras kayu dan pegawai teras, dan kata teras (dengan e
taling) bermakna anjungan atau kaki lima, seperti pada teras
rumah dan teras tokoh.
Contoh:
- Ayah pegawai teras kantor gubernur.
- Ketika malam mulai larut, tampak beberapa tunawisma tidur di teras toko.
1.3 Kata Kongkret dan Abstrak
Kata yang tergolong kata konkret adalah kata yang berupa objek yang nyata,
dapat dilihat, didengar, diraba dan dirasa. Beberapa contoh kata konkret,
misalnya; orang, pohon, kuda, awan, makanan, dan minuman.
Kata abstrak adalah kata yang berupa konsep. Kata abstrak dalam bahasa Ind
pada umumnya adalah kata bentukan yang menggunakan konfiks peN-an dan ke-an,
seperti; perdamaian, penyesalan, kecerdasan, dan ketahanan nasional, disamping
kata-kata seperti demokrasi, aspirasi.
Kedua jenis kata di atas sama-sama penting, penggunaannya disesuaikan dengan
kebutuhan pemakainya.
1.4 Kata Umum dan Khusus
Kosakata yang tergolong kata umum dibedakan dari kosakata yang tergolong
kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata,
makin umum sifatnya, sebaliknya makin sempit ruang lingkupnya makin khusus
isfatnya. Kata-kata umum termasuk kata yang mempunyai hubungan luas, sedangkan
kata-kata khusus mempunyai hubungan sempit, terbatas, bahkan khusus atau unik.
Bandingkan dua kelompok kata berikut.
Kata Umum
Kata Khusus
Pimpinan
Direktur
Runcing,
tajam Mandung
Kecil
Mini, mikro, minor
Memasak
Menanak
Campuran
Ramuan, adonan
Kata runcing dapat digunakan ut menyebut sifat semua benda makin ke
ujung makin kecil dan tajam, sedangkan kata mancing hanya digunakan
secara khusus ut hidung. Demikian juga kata memasak untuk menyatakan
pekerjaan masak-memasak secara umum, sedangkan menanak hanyakhusus untuk
menanai nasi.
- Jarum, Pena, dan tombak dikelompokkan benda-benda yang runcing.
- Gadis, cantik itu memiliki hidung mancung yang mungil.
- Ibu sibuk memasak gulai ketika saya datang.
- Saya diberi tugas menanak nasi.
Kata yang tergolong nama diri, seperti Nisya, Ulya, Inan, Rama, Hery,
tergolong dalam kelompok kata khusus.
1.5 Kata Populer dan Kajian
Kata-kata yang tergolong kata populer adalah kata yang terkenal dikalangan
masyarakat atau kata-kata yang banyak digunakan dalam berbagai kesempatan dalam
komunikasi di kalangan berbagai lapisan masyarakat. Sebaliknya kata kajian
adalah kata yang digunakan secara terbatas pada kesempatan tertentu berupa
kata-kata atau istilah oleh golongan ilmuwan dalam pembicaraan atau tulisan
ilmiah.
Kata Populer
Kata Kajian
Isi
Volume
Sejajar
Paralel
Bahagian
Unsur, suku cadang
Contoh
- Rencana pembangunan tahap pertama disebut Repolita I. (tahap bermakna tingkat atau jenjang).
- Usaha penyembuh kangker pada stadium awal telah dilakukan. (stadium bermakna tingkatan dalam daur hidup atau perkembangan suatu profesi; tingkat masa penyakit)
- Dia masih harus menempuh tiga mata kuliah penutup strata. (strata bermakna lapisan atau petala, tingkat pada masyarakat, tingkat pendidikan sesudah tingkat sarjana muda).
1.6 Kata Baku dan Tak Baku
Tuturan dan tulisan resmi harus menggunakan kosakata baku, yaitu kata-kata
yang telah resmi dan standar dalam penggunaannya. Kata baku yang memang berasal
dari bahasa Indonesia, ada juga yang berasal dari bahasa Daerah dan bahasa
Asing yang sudah disesuaikan dengan ejaan yang bahasa Indonesia yang resmi.
Sebaliknya, kosakata tak baku, yaitu kat yang belum berterima secara resmi atau
kata-kat yang tidak menuruti kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Kata tak baku dapat berupa; (1) kata-kata dari dialek-dialek bahasa Indonesia
yang ada, (2) kata-kata serapan bahasa daerah yang belum berterima, (3)
kata-kata serapan bahasa Asing yang tidak memenuhi persyaratan ejaan dalam
bahasa Indonesia, (4) kata-kata bahasa Indonesia yang dieja sebagai bahasa
Asing, (5) kata-kata bentuk yang tidak menuruti kaidah yang berlaku.
Contoh:
Kata Baku
Kata Tidak Baku
Insaf
Insyaf
Tidak
Ndak, nggak
Analisis
Analisa
Padamkan
Kasi mati, bunuh (lampu)
Mengubah
Merubah, Merobah
Mengesampingkan Mengenyampingkan
Peresmian
Pengeresmian
Manaati
Mentaati
1.7 Kata Mubazir
Kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-kata yang sama maknanya
dan digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi
berlebihan. Penggunaan kata mubazir itu dalam tuturan atau utlisan sebaiknya
dihindari karena menimbulkan makna yang berlebihan. Hal seperti itu terlihat
antara lain pada pemakaian kata-kata sejak dan dari, demi dan untuk,
agar dan supaya, sebab dan karena, sangat dan sekali.
Contoh:
- Sejak kecil ia sudah dibiasakan bersikap jujur.
Seharusnya:
- Sejak kecil ia sudah dibiasakan bersikap jujur.
- Dari kecil ia sudah dibiasakan bersikap jujur.
- Demi untuk menjaga keamanan kampung. Digiatkan siskamling.
Seharusnya
- Demi menjaga keamanan kampung. Digiatkan siskamling
- Untuk menjaga keamanan kampung, digiatkan siskamling
Termasuk dalam kata mubazir ini penggunaan secara bersamaan kata bilang tak
tentu yang menyatakan jamak dengan kata berulang atau reduplikasi yang juga
menyatakan jamak.
Misalnya; banyak rumah-rumah, beberapa syarat-syarat, para ibu-ibu,dll.
- Banyak rumah-rumah yang dibangung melalui kredit BTN belum terjual karena harganya mahal.
Seharusnya:
- Banyak rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual karena harganya mahal.
- Rumah-rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual karena harganya mahal.
1.8 Kata Mirip
Kosa kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampaknya mirip
dari segi bentuknya, atau kata yang nampaknya mirip dari segi maknanya. Kata sedangkan
dan sedang, suatu dan sesuatu, sekali-kali dan sekali-sekali,
termasuk kata yang mempunyai kemiripan bentuk, sedangkan kata-kata seperti masing-masing
dan tiap-tiap, jam dan pukul, dari dan daripada,
termasuk kata yang mempunyai kemiripan makna. Kesemua kata di atas pada
kenyataannya sering dikacaukan penggunaannya, sehingga melahirkan
kalimat-kalimat yang tidak tepat dan tidak efektif.
Contoh:
- Tinggallah dahulu di sini, saya hendak membicarakan sesuatu hal denganmu.
Seharusnya:
- Tinggallah dahulu di sini, saya hendak membicarakan suatu hal denganmu.
- Tinggallah dahulu di sini, saya hendak membicarakn sesuatu denganmu.
(kata suatu dalam penggunaannya diikuti kata benda, misalnya suatu
hal. Suatu masalah, dan suatu kejadian, sedangkan kata sesuatu tidak
diikuti kata benda karena kat ini tidak tentu atau tidak jelas).
- Masing-masing peserta penataran membayar uang pendaftaran sebesar dua puluh ribu rupiah.
Seharusnya:
- Para peserta penataran membayar uang pendaftaran masing-masing sebesar dua puluh ribu rupiah.
- Tiap-tiap peserta penataran membayar uang pendaftaran sebesar dua puluh ribu rupiah.
(kata tiap-tiap dalam penggunaannya diikuti kata benda, sedangkan
kata masing-masing tidak diikuti kata benda. Demikian pula penggunaan
kata jam yaitu untuk menunjukkan jangka waktu, sedangkan pukul yaitu
untuk menunjukkan waktu)
Contoh:
- Pelajaran pertama berlangsung pada pukul 10.00 sampai dengan 12.00
- Pelajaran pertama berlangsung selama dua jam.
Kosakata yang terdapat dalam bahasa Indonesia cukup banyak memberikan
kemungkinan untuk pemilihan kata yang tepat dalam pengungkapan gagasan. Kalau
kosakata yang ada kurang memuaskan untuk pengungkapan suatu gagasan baru,
penggunaan bahasa dapat membentuk kata-kata baru berdasarkan pada pedoman
pembentukan istilah yang disepakati bersama.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan makalah “Penulisan dan Penggunaan Kata” di
atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pentingnya pemilihan kata yang tepat
akan sangat menentukan kualitas pembicaraan dan tulisan. Kaidah makna dalam
pemilihan kata mengacu pada persyaratan ketepatan dan pemilihan kata.
- Saran
Kami menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung
jawabkan. Maka kami berharap kritik dan saran dari para pembaca agar penulis
dapat meningkatkan pengetahuan berkenaan dengan “Penulisan dan Penggunaan
Kata”.
DAFTAR PUSTAKA
Sabariyanto, Dirgo. 1999, Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak Baku?
Kosakata.Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Syafi’ie, Imam. 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: IKIP Malang.
Soedjito. 1986. Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Karya
Slametmulyana, R.B. 1964. Asal Bahasa dan Bahasa Nusantara. Jakarta:
Balai Pustaka
Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Pn. Angkasa.
Usman, Zuber. 1975. Bahasa Melayu Sebelum dan Sesudah Menjadi Lingua
Franca. Jakarta: Yayasan Idayu.