Jumat, 11 November 2016

MAKALAH PENGGUNAAN KATA BAHASA INDONESIA




MAKALAH
PENGGUNAAN KATA BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh :
Kelompok 5
                                                 Wahyudi                 B 1601 0019
Ni wayan  Artini      B 1601 0009







KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia yang berjudul “Penulisan dan Penggunaan Kata”. Dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Nadir La Djamudi, S.Pd., M.Pd Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Penulisan dan Penggunaan Kata. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membaca. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Tolitoli, 11 November 2016
 

                                                                                                               Kelompok 5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………….. 
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..  
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………  
BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang……………………………………………………………………        
  2. Rumusan Masalah………………………………………………………………..         
  3. Tujuan………………………………………………………………………………..    
  4. Manfaat……………………………………………………………………………..      
BAB II PEMBAHASAN
  1. Kaidah makna……………………………………………………………………..       
1.1 Kata Denotatif dan Konotatif………………………………………………                      
1.2 Kata Bersinonim dan Berhomonim……………………………………….                       
1.3 Kata Kongkret dan Abstrak…………………………………………………                   
1.4 Kata Umum dan Khusus……………………………………………………..                 
1.5 Kata Populer dan Kajian……………………………………………………..                 
1.6 Kata Baku dan Tak Baku…………………………………………………….                  
1.7 Kata Mubazir……………………………………………………………………..         
1.8 Kata Mirip…………………………………………………………………………        
BAB II PENUTUP
  1. Kesimpulan………………………………………………………………………… .....
  2. Saran…………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….  


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Dalam tuturan dan tulisan resmi, terutama karya ilmiah, pilihan kata yang tepat sangat menentukan kualitas pembicaraan dan tulisan. Kata-kata atau istilah yang dipilih dan digunakan barulah dapat secara tepat mengungkapkan gagasan yang disampaikan dan dapat secara tepat pula dipahami oleh pendengar atau pembaca, sehubungan dengan itu penuturan atau penulisan, selalu harus menguasai cukup banyak kosakata yang dimiliki bahasa tersebut, harus pula mengetahui kaidah-kaidah yang berlaku dalam pemilihan kata. Kaidah yang dimaksud meliputi kaidah makna, kaidah kalimat, kaidah sosial, dan kaidah karang-mengarang.
Pada bab ini, penulis mengemukakan beberapa aspek penting yang berkaitan dengan kaidah makna yang kiranya dapat menggiring pengunaan bahasa kepada pemilihan dan penggunaan kata yang tepat.
  1. Rumusan Masalah
 Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
  • Apa pengertian Kaida Makna?
  • Apa pengertian Kata denotatif dan konotatif?
  • Apa pengertian Kata bersinonim dan berhomonim?
  • Apa pengertian Kata kongkret dan abstrak?
·         apa pengertian Kata umum dan khusus?
  • Apa pengertian Kata Populer dan Kajian?
  • Apa pengertian Kata Baku dan Tak Baku?
  • Apa pengertian Kata Mubazir?
  • Apa pengertian Kata Mirip?
2.      Tujuan
  • Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:
  • Mengerti berkenaan dengan Kaida Makna
  • Mengerti berkenaan dengan Kata denotatif dan konotatif
  • Mengerti berkenaan dengan Kata bersinonim dan berhomonim
  • Mengerti berkenaan dengan Kata kongkret dan abstrak
  • Mengerti berkenaan dengan Kata umum dan khusus
  • Mengerti berkenaan dengan Kata Populer dan Kajian
  • Mengerti berkenaan dengan Kata Baku dan Tak Baku
  • Mengerti berkenaan dengan Kata Mubazir
  • Mengerti berkenaan dengan Kata Mirip
3.      Manfaat
           Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
  1. Memberikan pengalaman bagi penulis untuk menerapkan dan memperluas wawasan penerapan teori pengetahuan yang telah diterima didalam perkuliahan pada kegiatan nyata.
  2. Dengan adanya pembuatan makalah ini, maka diharapkan mahasiswa dapat mengetahui serta mengaplikasikan pemilihan dan penggunaan kata bahasa indonesia yang baik dan benar.









BAB II
PEMBAHASAN

  1. Kaidah Makna
Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu pada persyaratan ketepatan dan pemilihan kata sebagai lambang objek pengertian atau konsep-konsep yang meliputi berbagai aspek.
1.1 Kata Denotatif dan Konotatif
Kata denotatif berhubungan dengan konsep denotasi dan kata yang konotatif berhuubngan dengan konsep konotasi. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung suatu kata, sedangkan nilai rasa atau gambaran tambahan yang ada disamping denotasi disebu konotasi.
Kata yang denotatif mengandung makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan makna kata yang dalam kamus atau makna eksikal. Kata yang konotatif mengandung makna tambahan yang sesuai dengan sikap dan nilai rasa tertentu bagi pengguna bahasa yang bersangkutan.
Contoh:
  1. Tokoh itu dilayani gadis-gadis cantik.
  2. Tokoh itu dilayani dara-dara cantik.
  3. Tokoh itu dilayani perawan-perawan cantik.
Kata-kata; gadis, dara dan perawan itu secara denotatif maknanya sama, yaitu wanita muda yang belum kawin, tetapi secara konotatif makna berbeda. Gadis mengandung makna umum, dara mengandung makna puitis, dan dara mengandung makna asosiatif tertentu.
Demikian pula halnya kata-kata kelompok, rombongan, gerombolan, secara denotatif dibedakan maknanya, yaitu kelompok dan rombongan berada dalam makna positif, sedangkan gerombolan berada dalam hubungan makna negatif.
Contoh:
  1. Kelompok remaja itu sedang asik bermain gitar
  2. Ketua rombongan turis itu dikalungi untaian bunga.
  3. Gerombolan pengacau itu telah ditumpas abis.
Dalam suatu pembahasan yang bersifat ilmiah sebaiknya digunakan kosa kata denotatif. Kata atau istilah harus bebas dari konotasi, sedangkan pada karya sastra lebih banyak digunakan kosakata konotatif sebagai upaya merakit keindahan tulisan.
Dalam kaitannya dengan makna kata, terdapat beragam konotasi sosial yang bisa berupa konotasi positif dan negatif, tinggi, rendah, sopan dan porno atau yang bersifat seksual. Misalnya kata karyawan, asisten, wisma, hamil, dan berpulang dianggap positif baik, sopan, dan modern; jika dibandingkan dengan kata buru, pembantu, pondok, bunting, dan mati, yang dianggap negatif, kurang baik, kasar, dan kuno.
Agar dapat menyatakan gagasan dengan tepat, seorang pembicara/penulis harus dapat pula memilih kosakata dengan konotasi yang tepat.

1.2 Kata Bersinonim dan Berhomonim.
Setiap kata biasanya tidak hanya melambangkan secara tepat satu objek atas satu konsep. Ada kata yang dapat melambangkan beberapa makna dan sebaliknya ada beberapa kata yang dapat melambangkan satu makna. Beberapa kata yang melambangkan satu makna tergolong kata yang bersinonim atau kata-kata sinonim. Sinonim ialah kata yang maknanya sama atau mirip dengan kata lain. Persamaan makna itu dapat berlaku tidak sepenuhnya namun dalam kadar tertentu ada pertalian makna antara kata-kata berbeda itu. Contohnya dapat terlihat pada penggunaan kata-kata indah, cantik dan bagus yang mengandung makna yang sama tentang sesuatu yang sedang dipandang mata. Ketepatan kata-kata itu dalam penggunaanya bergantung pada ketepatan pilihan atas kata masing-masing. Misalnya, kita katakan pemandangan indah, gadis cantik dan rumah bagus. Tentu saja akan terasa janggal atau kurang tepat jika dikatakan bahwa pemandangan cantik, atau gadis bagus. Demikian pula pengguna kata penonton dan pemirsa, yang keduanya mengandung makna orang yang menyaksikan suatu tontonan. Pilihan harus dapat dibedakan, yaitu penonton digunakan ut semua tontonan atau pertunjukan, sedangkan pemirsa hnya lazim digunakan ut tayangan TV. Contoh:
  1. Tumpah-ruah penonton pertandingan sepak bola itu. (penonton tidak dapat diganti pemirsa)
  2. Para pemirsa, dimana saja anda sekali berada.” Ujar penyiar televisi mengawali siarannya. (pemirsa dapat diganti dengan penonton).
Selanjutnya satu kata yang mengandung beberapa makna disebut kata yang berhomonim atau kata yang homonimi. Homonimi ialah kata dalam satu bentuk yang sama ejaan dan lafalnya, tetapi memiliki makna yang berbeda. Misalnya: buku dapat bermakna sendi (pada tulang, bambu, tebu). Dapat bula bermakna kertas tulis yang dijilid (buku tulis, atau buku catatan). Begitu pula kata bisa dapat bermakna racun atau boleh.
Contoh:
  1. Saya membeli beberapa buah buku tulis.
  2. Buku tulang-tulangku terasa nyeri.
  3. Bisa ular sangat berbahaya.
  4. Anak kecil itu belum bisa berjalan dengan baik.
Disamping homonim, ada pula yang disebut homofon, homograf. Homofon adalah kata-kata yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya. Misalnya, kata bang dan bank, sangsi dan sanksi.
Contoh:
  1. Bagaimana Bang, setujukah? Tanya istrinya. (Bang singkatan dari Abang, semakna dengan Kakak, yaitu kakak laki-laki).
  2. Untuk menarik nasabah, beberapa bank mengadakan undian tabungan.
(bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalulintas pembayaran dan peredaran uang).
Homograf adalah kata-kata yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafalnya. Misalnya, kata teras (dengan e pepet) bermakna bagian utama, seperti pada teras kayu dan pegawai teras, dan kata teras (dengan e taling) bermakna anjungan atau kaki lima, seperti pada teras rumah dan teras tokoh.
Contoh:
  1. Ayah pegawai teras kantor gubernur.
  2. Ketika malam mulai larut, tampak beberapa tunawisma tidur di teras toko.
1.3 Kata Kongkret dan Abstrak
Kata yang tergolong kata konkret adalah kata yang berupa objek yang nyata, dapat dilihat, didengar, diraba dan dirasa. Beberapa contoh kata konkret, misalnya; orang, pohon, kuda, awan, makanan, dan minuman.
Kata abstrak adalah kata yang berupa konsep. Kata abstrak dalam bahasa Ind pada umumnya adalah kata bentukan yang menggunakan konfiks peN-an dan ke-an, seperti; perdamaian, penyesalan, kecerdasan, dan ketahanan nasional, disamping kata-kata seperti demokrasi, aspirasi.
Kedua jenis kata di atas sama-sama penting, penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya.
1.4 Kata Umum dan Khusus
Kosakata yang tergolong kata umum dibedakan dari kosakata yang tergolong kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya, sebaliknya makin sempit ruang lingkupnya makin khusus isfatnya. Kata-kata umum termasuk kata yang mempunyai hubungan luas, sedangkan kata-kata khusus mempunyai hubungan sempit, terbatas, bahkan khusus atau unik. Bandingkan dua kelompok kata berikut.
Kata Umum               Kata Khusus
Pimpinan                     Direktur
Runcing, tajam            Mandung
Kecil                            Mini, mikro, minor
Memasak                     Menanak
Campuran                    Ramuan, adonan
Kata runcing dapat digunakan ut menyebut sifat semua benda makin ke ujung makin kecil dan tajam, sedangkan kata mancing hanya digunakan secara khusus ut hidung. Demikian juga kata memasak untuk menyatakan pekerjaan masak-memasak secara umum, sedangkan menanak hanyakhusus untuk menanai nasi.
  1. Jarum, Pena, dan tombak dikelompokkan benda-benda yang runcing.
  2. Gadis, cantik itu memiliki hidung mancung yang mungil.
  3. Ibu sibuk memasak gulai ketika saya datang.
  4. Saya diberi tugas menanak nasi.
Kata yang tergolong nama diri, seperti Nisya, Ulya, Inan, Rama, Hery, tergolong dalam kelompok kata khusus.







1.5 Kata Populer dan Kajian
Kata-kata yang tergolong kata populer adalah kata yang terkenal dikalangan masyarakat atau kata-kata yang banyak digunakan dalam berbagai kesempatan dalam komunikasi di kalangan berbagai lapisan masyarakat. Sebaliknya kata kajian adalah kata yang digunakan secara terbatas pada kesempatan tertentu berupa kata-kata atau istilah oleh golongan ilmuwan dalam pembicaraan atau tulisan ilmiah.
Kata Populer          Kata Kajian
Isi                             Volume
Sejajar                      Paralel
Bahagian                  Unsur, suku cadang
Contoh
  1. Rencana pembangunan tahap pertama disebut Repolita I. (tahap bermakna tingkat atau jenjang).
  2. Usaha penyembuh kangker pada stadium awal telah dilakukan. (stadium bermakna tingkatan dalam daur hidup atau perkembangan suatu profesi; tingkat masa penyakit)
  3. Dia masih harus menempuh tiga mata kuliah penutup strata. (strata bermakna lapisan atau petala, tingkat pada masyarakat, tingkat pendidikan sesudah tingkat sarjana muda).
1.6 Kata Baku dan Tak Baku
Tuturan dan tulisan resmi harus menggunakan kosakata baku, yaitu kata-kata yang telah resmi dan standar dalam penggunaannya. Kata baku yang memang berasal dari bahasa Indonesia, ada juga yang berasal dari bahasa Daerah dan bahasa Asing yang sudah disesuaikan dengan ejaan yang bahasa Indonesia yang resmi. Sebaliknya, kosakata tak baku, yaitu kat yang belum berterima secara resmi atau kata-kat yang tidak menuruti kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Kata tak baku dapat berupa; (1) kata-kata dari dialek-dialek bahasa Indonesia yang ada, (2) kata-kata serapan bahasa daerah yang belum berterima, (3) kata-kata serapan bahasa Asing yang tidak memenuhi persyaratan ejaan dalam bahasa Indonesia, (4) kata-kata bahasa Indonesia yang dieja sebagai bahasa Asing, (5) kata-kata bentuk yang tidak menuruti kaidah yang berlaku.
Contoh:
Kata Baku                   Kata Tidak Baku
Insaf                             Insyaf
Tidak                            Ndak, nggak
Analisis                         Analisa
Padamkan                     Kasi mati, bunuh (lampu)
Mengubah                     Merubah, Merobah
Mengesampingkan        Mengenyampingkan
Peresmian                     Pengeresmian
Manaati                         Mentaati
1.7 Kata Mubazir
Kata mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-kata yang sama maknanya dan digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu menjadi berlebihan. Penggunaan kata mubazir itu dalam tuturan atau utlisan sebaiknya dihindari karena menimbulkan makna yang berlebihan. Hal seperti itu terlihat antara lain pada pemakaian kata-kata sejak dan dari, demi dan untuk, agar dan supaya, sebab dan karena, sangat dan sekali.
Contoh:
  1. Sejak kecil ia sudah dibiasakan bersikap jujur.
Seharusnya:
  1. Sejak kecil ia sudah dibiasakan bersikap jujur.
  2. Dari kecil ia sudah dibiasakan bersikap jujur.
  1. Demi untuk menjaga keamanan kampung. Digiatkan siskamling.
Seharusnya
  1. Demi menjaga keamanan kampung. Digiatkan siskamling
  2. Untuk menjaga keamanan kampung, digiatkan siskamling

Termasuk dalam kata mubazir ini penggunaan secara bersamaan kata bilang tak tentu yang menyatakan jamak dengan kata berulang atau reduplikasi yang juga menyatakan jamak.
Misalnya; banyak rumah-rumah, beberapa syarat-syarat, para ibu-ibu,dll.
  1. Banyak rumah-rumah yang dibangung melalui kredit BTN belum terjual karena harganya mahal.
Seharusnya:
  1. Banyak rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual karena harganya mahal.
  2. Rumah-rumah yang dibangun melalui kredit BTN belum terjual karena harganya mahal.
1.8 Kata Mirip
Kosa kata yang tergolong kata mirip adalah kata-kata yang tampaknya mirip dari segi bentuknya, atau kata yang nampaknya mirip dari segi maknanya. Kata sedangkan dan sedang, suatu dan sesuatu, sekali-kali dan sekali-sekali, termasuk kata yang mempunyai kemiripan bentuk, sedangkan kata-kata seperti masing-masing dan tiap-tiap, jam dan pukul, dari dan daripada, termasuk kata yang mempunyai kemiripan makna. Kesemua kata di atas pada kenyataannya sering dikacaukan penggunaannya, sehingga melahirkan kalimat-kalimat yang tidak tepat dan tidak efektif.
Contoh:
  1. Tinggallah dahulu di sini, saya hendak membicarakan sesuatu hal denganmu.
Seharusnya:
  1. Tinggallah dahulu di sini, saya hendak membicarakan suatu hal denganmu.
  2. Tinggallah dahulu di sini, saya hendak membicarakn sesuatu denganmu.
(kata suatu dalam penggunaannya diikuti kata benda, misalnya suatu hal. Suatu masalah, dan suatu kejadian, sedangkan kata sesuatu tidak diikuti kata benda karena kat ini tidak tentu atau tidak jelas).
  1. Masing-masing peserta penataran membayar uang pendaftaran sebesar dua puluh ribu rupiah.
Seharusnya:
  1. Para peserta penataran membayar uang pendaftaran masing-masing sebesar dua puluh ribu rupiah.
  2. Tiap-tiap peserta penataran membayar uang pendaftaran sebesar dua puluh ribu rupiah.
(kata tiap-tiap dalam penggunaannya diikuti kata benda, sedangkan kata masing-masing tidak diikuti kata benda. Demikian pula penggunaan kata jam yaitu untuk menunjukkan jangka waktu, sedangkan pukul yaitu untuk menunjukkan waktu)
Contoh:
  1. Pelajaran pertama berlangsung pada pukul 10.00 sampai dengan 12.00
  2. Pelajaran pertama berlangsung selama dua jam.
Kosakata yang terdapat dalam bahasa Indonesia cukup banyak memberikan kemungkinan untuk pemilihan kata yang tepat dalam pengungkapan gagasan. Kalau kosakata yang ada kurang memuaskan untuk pengungkapan suatu gagasan baru, penggunaan bahasa dapat membentuk kata-kata baru berdasarkan pada pedoman pembentukan istilah yang disepakati bersama.
BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan makalah “Penulisan dan Penggunaan Kata” di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pentingnya pemilihan kata yang tepat akan sangat menentukan kualitas pembicaraan dan tulisan. Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu pada persyaratan ketepatan dan pemilihan kata.
  1. Saran
Kami menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Maka kami berharap kritik dan saran dari para pembaca agar penulis dapat meningkatkan pengetahuan berkenaan dengan “Penulisan dan Penggunaan Kata”.





DAFTAR PUSTAKA

Sabariyanto, Dirgo. 1999, Mengapa Disebut Bentuk Baku dan Tidak Baku? Kosakata.Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Syafi’ie, Imam. 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: IKIP Malang.
Soedjito. 1986. Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Karya
Slametmulyana, R.B. 1964. Asal Bahasa dan Bahasa Nusantara. Jakarta: Balai Pustaka
Tarigan, Henry Guntur. 1982. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Pn. Angkasa.
Usman, Zuber. 1975. Bahasa Melayu Sebelum dan Sesudah Menjadi Lingua Franca. Jakarta: Yayasan Idayu.